Artikata missing link yang sudah tersedia pada website ini adalah sebagai bahan referensi semata yang bersifat umum. Kita menyadari adanya keterbatasan dalam website ini terutama dalam upaya update/memberikan contoh missing link maupun penggunaan kata missing link. maka dari itu bagaimana jika Anda coba berbagi dan melengkapi cara penggunaan kata/istilah maupun contohnya dengan cara mengisi komentar di bawah ini. UJIAN TENGAH SEMESTER UTS MATA KULIAH ANALISIS WACANA DISUSUN OLEH NAMA MAYA PRANSISKA NPM A2A0141028 DOSEN PENGAMPU Dr. GUMONO PROGRAM STUDI S2 PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS BENGKULU TAHUN 2015 1 Kawasan kajian analisis wacana Analisis wacana sebagai studi bahasa yang didasarkan pada pendekatan pragmatik berarti mengkaji wacana bahasa dalam pemakaiannya. Wacana yaitu suatu konstruksi yang terdiri atas kalimat yang satu diikuti oleh kalimat lain, yang merupakan suatu keutuhan konstruksi dan makna Samsuri, 1986. Wacana dapat berupa wacana lisan maupun wacana tulisan, keduanya disebut teks. Analisis wacana pada dasarnya ingin menganalisis atau menginterpretasi pesan yang dimaksud pembicara atau penulis dengan cara merekonstruksi teks dengan produk ujaran atau tulisan sehingga diketahui segala konteks yang mendukung wacana pada saat diujarkan atau dituliskan. Hasil interpretasi diharap membantu pembaca atau penyimak untuk memahami pesan yang dimaksud pembicara atau penulis. Karena memang kenyataan membuktikan tidak semua wacana mudah dipahami oleh pembaca, atau pendengar yang menjadi sasaran wacana tersebut, sebaliknya tidak semua orang mampu menginterpretasi wacana seperti yang dimaksud pembicara atau penulis. Kenyataan juga membuktikan bahwa tidak setiap orang mampu menangkap pesan yang dimaksud oleh pembicara atau penulis meskipun teks yang sama akan sangat mudah ditangkap pembaca atau pendengar lainnya. Segala alat pembangun wacana yang pada saat wacana itu dalam proses dihasilkan melingkupi pembicara atau penulis akan dihadirkan kembali direkonstruksi dan dijadikan alat untuk menginterpretasi. Hasil interpretasi diharap dapat membantu pembaca/penyimak untuk memahami pesan yang dimaksud oleh pembicara/ penulis. Dengan merekonstruksi teks, kita akan bisa mengetahui siapa pembicara, kapan dan di mana berbicara serta dalam situasi semacam apa. Adapun kajian sebuah wacana harus memperhatikan hal-hal berikut Praanggapan presupposition Di dalam analisis wacana, praanggapan memegang keruntutankoherensi wacana Slinker et al. 1974. Menurut Filmore 1981 dalam sebuah percakapan, selalu digunakan tingkat-tingkat komunikasi yang implisit atau praanggapan dan eksplisit atau ilokusi. Menurut Chika 198276, dalam beberapa hal makna wacana dapat dicari melalui praanggapan yang mengacu pada makna yang dinyatakan secara eksplisit. Contoh 1 Ayah saya datang dari Surabaya. – Peranggapannya adalah a. Saya memiliki ayah; b. Ada kota Surabaya. Fungsi praanggapan ialah membantu mengurangi hambatan respon terhadap penafsiran suatu ujaran. Menurut Leec 1981288 praangaapan sebagai suatu dasar kelancaran wacana yang komunikatif. Pernyataan dari suatu praanggapan akan menjadi praanggapan bagi ujaran selanjutnya. Contoh Apakah Andi masih menjadi ketua RT? Andi masih menjabati kedudukan sebagai ketua RT. – Praanggapannya a Andi menjadi ketua RT pada masa lampau. – Praanggapan b – Andi menjadi ketua RT pada masa lampau. – Andi adalah ketua RT pada masa sekarang. Dalam menafsirkan kalimat-kalimat yang tidak terterima, meskipun kalimat itu benar secara gramatikal dilihat dari segi strukturnya. Contoh Mobil itu sakit. Orang itu sakit. Kalimat a tidak terterima meskipun dalam segi gramatikal benar. Sedangkan kalimat b terterima karena yang menerima praanggapan hanya yang bernyawa atau hidup yang dapat sakit. Ketidakterimaan kalimat dapat dipecahkan dalam ujaran yang sebenarnya dengan cara interpretasi metaforik. Contoh Gunung berapi itu batuk-batuk. Sebenarnya makhluk yang dapat batuk-batuk hanyalah makhluk yang bernyawa. Karena alasan metaforik, maka kalimat tersebut dapat terterima Sauren, 1965 11 Untuk menarik sebuah praanggapan dari sebuah pernyataanujaran yang perlu kita perhatikan adalah sesuatu yang dijadikan oleh si penutur sebagai dasar Kami tidak jadi berangkat. Mobil kami rusak. – Praanggapan a kata tidak jadi berangkat adalah seharusnya kami berangkat. – Praanggapan b bahwa mempunyai mobil. – Jadi, peranggapan kedua kalimat a dan b adalah Kami seharusnya berangkat. Kami mempunyai mobil. Implikatur Konsep implikatur pertama kali dikenalkan oleh Grice 1975 untuk memecahkan persoalan makna bahasa yang tidak dapat diselesaikan oleh teori semantik biasa. Implikatur dipakai untuk memperhitungkan apa yang dimaksud oleh penutur berbeda dari apa yang dinyatakan secara harfiah Brown dan Yule, 198331. Contoh Di sini panas sekali bukan?. Pada ujaran tersebut secara implisit penutur menghendaki agar mesin pendingin dihidupkan atau jendela di buka. Menurut Grice 1975, dalam pemakaian bahasa terdapat implikatur yang disebut implikatur konvensional, yaitu implikatur yang ditentukan oleh arti konvensional kata-kata yang dipakai’. Contoh a Dia orang Madura, oleh karena itu dia pemberani. Dalam kalimat a penutur tidak secara langsung menyatakan bahwa suatu ciri pemberani adalah ciri lain dari orang Madura, bentuk ungkapan yang dipakai itu secara konvensional berimplikasi bahwa hubungan seperti itu ada. Jika orang Madura adalah bukan pemberani, maka implikaturnya yang keliru, tetapi ujarannya tidak salah. Yang lebih menarik bagi analisis wacana adalah konsep implikatur percakapan yang diturunkan dari asas umum percakapan ditambah sejumlah bidal maxims yang biasanya dipatuhi para penitur Brown da Yule, 1983. Implikatur percakapan itu mengutip prinsip kerja sama atau kesepakatan bersama, yakni kesepakatan bahwa hal yang dibicarakan oleh partisipan harus saling terkait Grice, 1975 Dalam penerapan prinsip kerja sama ditopang oleh seperangkat asumsi yang disebut bidal-bidal percakapan maxims of conversation, yaitu Bidal Kuantitas, yaitu berikan sumbangan Anda seinformatif yang diperlukan, jangan memberikan sumbangan informasi yang melebihi kebutuhan; Bidal Kualitas, yaitu jangan mengatakan Sesuatu yang Anda yakini tidak benar, dan jangan mengatakan sesuatu yang bukti kebenarannya kurang meyakinkan; Bidal Hubungan,yaitu usahakan perkataan Anda ada relevansinya. Bidal Cara, yaitu hindari pernyataan-pernyataan yang samar, hindari ketaksaan, usahakan agar ringkas, dan usahakan agar bicara dengan teratur Grice, 1975 45-56 Leech 1985 memgomentari bidal percakapan Grice tersebut sebagai kendala di dalam berbahasa. Dalam kenyataan berbahasa prinsip kerja sama Grice tidak selalu dapat diikuti. Leech 198517 mengatakan bahwa dalam pragmatik, komunikasi bahasa merupakan gabungan antara tujuan ilokusi dan tujuan sosial. Dengan demikian, dalam komunikasi bahasa itu, di samping menyampaikan amanat dan bertindak tutur, kebutuhan dan tugas penutur adalah menjaga agar percakapan berlangsung lancar. Untuk itu menurut Leech, prinsip kerja sama Grice harus berkomplemen dengan prinsip sopan santun agar kerja sama terselamatkan dari kesulitan menjelaskan antara makna dan daya. Contoh A “Ada yang memecahkan pot ini?” B “Bukan saya?” Dalam contoh di atas si A ingin bersikap sopan, A tidak mengucapkan tuduhan langsung. Sebagai gantinya A membuat pernyataan yang kurang informatif tetapi benar, yaitu mengganti pronominal kamu denagn pronominal tak tentu ada yang….’. B menangkap maksud A, bahwa itu ditafsirkan senagai sebuah tuduhan secara tidak langsung. Akibatnya B mendengar pernyataan itu , B member respons sebagai orang yang dituduh, yaitu menyangkal suatu perbuatan yang belum dituduhkan secara terbuka. Jadi pelanggaran maxim hubungan dalam jawaban B disebabkan oleh imlikatur di dalam ujaran A , sebuah implikatur tak lansung yang domotivasi oleh sopan santun. Jadi sasaran jawaban B adalah implikatur ini, bukan ujaran A uang sesungguhnya di ucapkan. Menurut Levinson 1983 ada empat macam faedah konsep implikatur, yaitu Dapat memberikan penjelasan makna atau fakta-fakta kebahasaan yang tidak terjangkau oleh teori-teori linguistik; Dapat memberikan penjelasan yang tegas tentang perbedaan lahiriah dari yang dimaksud si pemakai bahasa; Dapat memberikan pemberian semantik yang sederhana tentang hubungan klausa yang dihubungkan denagn kata penghubung yang sama; Dapat memberikan berbagi fakta yang secara lahiriah kelihatan tidak berkaitan, malah berlawanana seperti metafora. Dalam linguistik dikatakanbahwa bahasa mengandung dua unsur,yaitu unsur segmental dan nonsegmental. Unsur segmental yang berupa satuan-satuan bahasa yang dapat di pisah-pisahkanseperti bunyi, kata, kalimat sangat penting untuk menyampaikan pesan. Unsur segmental yang disertai unsur nonsegmental tertentu memilki makna tertentu. Contoh /kemeja/ berbeda dengan /ke meja/ /kelereng/berbeda dengan/ke lereng/ Dalam kegiatan berbahasa sehari-hari, kita hampir selalu dapat mengerti ujaran yang sisampaikan oleh mitra tutur kita. Menurut Chomsky 1972 , satu kemampuan yang membuat kita mampu melakukan itu adalah penguasaan kita terhadap kaidah-kaidah bahasa. Hal itulah yang membuat kita mampu mempertimbangkan secar intuitifbahwa suatu ujaran yang diucapkan mitra tutur apik’ atau tidak apik’, dan mampu mempertimbangkan fakta-fakta sintaksis bahasa yang digunakan. Penguasaan kaidah-kaidah itu oleh Chomsky disebut kompetensi linguistik . Kemampuan linguistik merupakan kemampuan dasar utama untuk memahami implikatur dalam percakapan. Istilah implikatur berantonim dengan eksplikatur. Implikatur adalah makna yang tersirat yang ditimbulkan oleh apa yang telah terkatakan. Sedangkan eksplikatur adalah makna umum secara tersurat. Contoh  Suami dingin sekali? konteks udara sangat dingin, seorang suami mengatakan pada istrinya yang sedang berada di sampingnya Implikatur – permintaan kepada istrinya untuk mengambilkan baju hangat. – permintaan kepada istrinya untuk di hangatkan dengan pelukan sang istri. eksplikatur – informasi bahwa keadaan saat itu sangat dingin. Implikatur di bedakan atas dua macam yaitu 1 implikatur yang berupa makna yang tersirat dari sebuah ujaran . 2 implikatur yang berupa makna yang tersorot. Contoh A aduh, perutku keroncongan. B Ok, kita kewarungsari saja. Makna implikatur mungkin berkebalikan dengan makna eksplikatur namun tidak menimbulkan pertentangan logika. Contoh seorang ibu mengetahui anaknya sedang memanjat pohon, kemudian mengucapkan sebagai berikut. Ibu “Ayo naik lebih tinggi lagi. Ayo naik! Ujaran tersebut bukan bermaksud untuk menyuruh anaknya untuk memanjat akan tetapi tidak secara langsung menyuruh anaknya segera turun. Makna implikatur sering juga digunakan secara analogi seperti dalam pribahasa atau ungkapan di bawah ini.  Tong kosong nyaring bunyinya. Analogi pribahasa diatas yaitu, hampir semua orang mengetahui bahwa tong yang tidak berisi jika dipukul akan mengeluarkan suara nyaring. Makna implisit yang digunakan adalah orang yang banyak bicara itu tidak mengetahuan atau kosong seperti tong yang dapat mengeluarkan suara keras. Penggunaan bahasa sehari-hari, penutur dapat menggunakan tindak tutur langsung dan tidak langsung. Contohnya dalam kalimat perintah. Penggunaan kalimat perintah berarti menyatakan tindak tutur secara langsung. Cara lain untuk menyatakan tindak tutur memerintah adalah menggunakan kontruksi kalimat berita dan tanya. Contoh  Perintah langsung Tutuplah pintu itu!  Perintah tidak lansung Siapa yang mau menutup pintu? Implikatur sebuah ujaran dapat dipahami antara lain dengan menganalisis konteks pemakaian ujaran. Contoh  Saya akan ke Surabaya besok. Makna ujaran di atas bermakna sebagai janji, informasi, pernyataan maksud, dan menduga atau meramalkan kegiatan yang akan datang disebut tindak tutur. Makna ujaran di atas masih ambiguitas atau bermakna ganda, bila tidak disertai dengan konteks penggunaanya. Kemungkinan makna itu antara lain sebagi berikut.  Saya berjanji bahwa saya akan ke Surabaya besok.  Saya menduga mungkin akan ke Surabaya besok. Inferensi Inferensi atau penarikan kesimpulan dikatakan oleh Gumperz 1982 sebagai proses interpretasi yang ditentukan oleh situasi dan konteks percakapan. dengan demikian pendengar menduga kemauan penutur, dan dengan itu pula pendengar meresponsnya. Dengan begitu inferensi percakapan tidak hanya ditentukan oleh kata-kata pendukung ujaran itu saja, melainkan juga didukung oleh konteks dan situasi. Sebuah gagasan yang terdapat dalam otak penutur direlisasikan dalam bentuk kalimat-kalimat. Jika penutur tidak pandai dalam menyusun kalimat maka akan terjadi kesalahpahaman. Contoh A Saya baru bertemu Toni. B Oh, si Toni kawan kita di SMA itu? A Bukan, tapi Toni kawan di SMP dulu. B Toni yang gemuk itu? A Bukan, bukan Toni yang gemuk, tetapi Toni yang kurus. B Oh, ya, saya tahu. Pengetahuan gramatikal dan leksikal saja tidak cukup mengartikan sebuah ujaran dengan benar. Latar belakang, sosiokultural si penutur dan pendengar serta status mereka turut berperan dalam proses inferensi ujaran. Jika terdapat pperbedaan antara si penutur dan pendengar baik dalam sikap, latar belkaang serta status mereka kemungkinan penarikan kesimpulan yang salah bisa terjadi. Contoh a John berangkat ke sekolah hari jum’at lalu b Dia benar-benar cemas dengan pelajaran matematika. Kebanyakan orang membaca dua kalimat di atas John adalah seorang murid. Akan tetapi jika ujaran di lanjutkan dengab kalimat di bawah ini orang akan memutuskan bahwa John adalah seorang guru. c Minggu yang lalu dia tidak dapat mengendalikan kelasnya. Inferensi Mata Rantai yang Hilang Missing Link Inference Contoh Pak Joni membeli rumah baru Pintunya dari kayu jati.  Inferensi mata rantai yang hilang yang diperlukan untuk menghubungkan a dan b secara eksplisit c Rumah itu mempunyai pintu. Hubungan otomatis antara unsur-unsur dalam teks melalui representasi pengetahuan yang telah ada dapat dipakai sebagi dasar untuk menentukkan hubungan yang mana yang hilang, dan yang bukan, mungkin merupakan inferensi. Hubungan otomatis tidak dimasukkan dalam inferensi karena perbedaannya adalah waktu yang yang tersangkut dalam pengambilan kesimpulan, sedangakan hubungan otomatis tidak memerlukan waktu dalam penafsirannya Syamsuri, 198771. Contoh  1. Rudi Hartono menjadi juara All England 8 tahun berturut-turut.  2. a. Dia sopan santun. waktu kecil adalah anak yang manis. dia adalah juara bulu tangkis yang andal. Dapat ditarik simpulan bahwa hubungan paling erat adalah antara 1 dengan 2c. jika seseorang dapat menjadi juara delapan kali berturut-turut, sudah pasti dia merupakan juara yang andal. Peranan Konteks Menurut Halliday dan Hasan 19855 yang dimaksudkan konteks wacana adalah teks yang menyertai teks lain. Pengertian hal yang menyertai teks itu meliputi tidak hanya yang dilisankan dan tuliskan, tetapi termasuk pula kejadian-kejadian nonverbal lainnya keseluruhan lingkungan teks itu. Contoh Penutur adalah rekan dari Anton, sedangkan pendengar rekannya yang lain. Ketika sore itu ada 3 orang remaja sedang berjalan di taman. Tiba-tiba datanglah seorang preman menghampiri mereka denagn bermaksud untuk memalak. Ada salah seorang dari remaja itu berani melawan pemalak tersebut dan berhasil membuat pemalak itu kabur. Salah satu dari rekannya berkata “ Anton memang pemberani !” Malam itu ada seorang laki-laki berjalan dengan dua rekannya yang perempuan. Tiba-tiba turun hujan yang sangat lebat. Merekapun berteduh di emper sebuah toko. Tiba-tiba ada sekelebat bayangan putih. Tiba-tiba rekan laki-lakinya itu langsung bersembunyi di balik rekan perempuannya. Salah seorang rekan perempuannya berkata “ Anton memang pemberani!” Unsur-unsur kalimat Anton memang pemberani’ pada situasi a terdapat pula pada situasi b. Unsur-unsur dari kalimat tersebut secara gramatika sama benar. Akan tetapi terdapat perbedaan makna, yaitu pada kata pemberani a bermakna sebenarnya, yaitu orang yang tak gentar’, sedangkan kata pemberani b bermakna sebaliknya yaitu penakut’. Konteks pemakaian bahasa dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu sebagai berikut. Konteks fisik yang meliputi tempat terjadinya pemakaian bahasa dalam suatu komunikasi. Konteks epstemis atau latar belakang pengetahuan yang sama-sama diketahui oleh penutur dan mitra tuturnya. Konteks linguistik yang terdiri atas kalimat-kalimat atau ujaran-ujaran yang mendahului dan mengikuti ujaran tertentu dalam suatu peristiwa komunikasi, konteks linguistik ini disebut juga dengan istilah koteks. Konteks sosial yaitu relasi sosial dan latar yang melengkapi hubungan antara penutur dan mitra tutur. cf. Syafi’ie, 1990 126. Konteks Unsur-unsur konteks terdiri atas 8 macam, yaitu Penutur dan pendengar Penutur dan pendengar yang terlibat dalam peristiwa tutur disebut partisipan. Berkaitan dengan partisipan ini yang diperhatikan adalah latar belakang sosial, budaya, dll, kondisi objektif partisipan fisik, mental, kemahiran berbahsa dll. Contoh  Operasi harus segera dilakukan. Maksud ujaran itu jika penuturnya adalah Dokter’ maka bermakna pembedahan’. Jika penuturnya adalah penjahat’ , maka bermakna merampok atau pencurian. Topik pembicaraan Memahami topik pembicaraan akan memudahkan memahami isi wacana, sebab pembicaraan yang berbeda akan menghasilkan bentuk wacana yang berbeda pula. Contohnya kata banting’ dalam sebuah wacana akan bervariasi maknanya, bergantung pada topik pembicaraannya. Dalam bidang ekonomi mungkin berarti turunnya harga’, jika topiknya dalam olah raga yudo tentulah maknanya mengangkat seseorang dan menjatuhkannya’. Latar Peristiwa Faktor yang mempengaruhimakna wacana adalah latar peristiwa. Latar peristiwa dapat berupa tempat, dan keadaan psikologis partisipan atau semua hal yang melatari terjadinya peristiwa tutur. Tempat lebih banyak berpengaruh pada peristiwa tutur lisan, sedangkan keadaan psikologis partisipan di samping berpengaruh pada peristiwa tutur lisan juga bnayak berpengaruh pada peristiwa tutur tulis. Latar peristiwa menentukkan latar wacana, contoh di warung kopi, jika ada pembeli bertutur Teh, Bu!’, maka pelayan warung akan menafsirkan ujaran tersebut adalah segelas air teh’. Berbeda jika ujaran teh, Bu!’ di ucapkan di toko, maka pelayan tokoh akan menafsirkan sebagai daun the yang sudah dikeringkan’ bukan air teh’. Keadaan psikologi juga mewarnai bentuk dan makna wacana. Contoh jika dalam keadaan normal ada seseorang mengatakan kata Bagus!’ pada orang yang berprestasi maka itu adalah sebuah pujian, sebaliknya jika seseorang mengatakan Bagus!’ pada seorang pemalas” maka maknanya berubah menjadi cemohan. Penghubung Penghubung adalah medium yang dipakai untuk menyampaikan topik tutur. Untuk menyampaikan informasi, seorang penutur dapat mempergunakan penghubung dengan bahasa lisan dan/atau tulis dengan paralinguistiknya. Ujaran lisan dapat dibedakan berdasarkan sifat hubungan partisipan tutur, yaitu langsung seperti berdialog dan tak langsung seperti telepon, teleks dll. Ujaran tulis merupakan sarana komunikasi dengan menggunakan tulisan sebagai perantaranya, misalnya wujudnya berupa surat, pengumuman, edaran, undangan, telegram, dll. Pemilihan penghubung itu sangat bergantung kepada beberapa factor, yaitu kepada siapa ia berbicara, dalam situasi bagaimanajauh atau dekat. Kode Kalau penghubungnya itu lisan, maka kodenya dapat dipilih antara salah satu dialek bahasa yang ada. Akan kurang tepat jika penggunaan ragam bahasa baku digunakan untuk tawar menawar di pasar, sebaliknya ragam bahasa nonbaku kurang tepat jika digunakan untuk berkhotbah di mesjid. Pemilihan kode bahasa yang tidak tepat sanagt berpengaruh pada efektifan komunikasi yaitu akan timbul kesalahpahaman komunikasi. Bentuk pesan Faktor yang mempengaruhi bentuk makana wacana adalah bentu pesan. Jika pendengarnya bersifat umum dan dari berbagai lapisan masyarakat maka haruslah dipilih bentuk pesan yang bersifat umum, sebaliknya jika pendenagrnya kelompoknya bersifat khusus maka pesannya haruslah bersifat khusus. Peristiwa tutur Peristiwa tutur yang dimaksud di sini adalah peristiwa tutur tertentu yang mewadahi kegiatan bertutur, misalnya pidato, percakapan, seminar, sidang pengadilan, dll. Hymes 197575 menyatakan bahwa peristiwa tutur sangat erat hubungannya dengan latar peristiwa, dalam pengertian suatu peristiwa tutur tertentu akan terjadi dalam konteks situasi tertentu. Peristiwa tutur tersebut dapat menentukan bentuk dan isi wacana yang dihasilkan. Wacana yang dipersiapkan untuk pidato akan berbeda bentuk dan isinya denagn wacana untuk seminar. Prinsip Interpretan Lokal dan Analogi Prinsip interpretasi yang digunakan oleh penerima dan juga oleh analis wacana yaitu, prinsip interpretasi lokal dan prinsig analogi. Menurut Brown dan Yule 198359, prinsip interpretasi lokal menuntun untuk tidak menyusun konteks yang lebih luas dari yang di butuhkan. Jadi, jika seseorang mengatakan Tutup pintu itu!’, maka perhatian pendengar tertuju pada pintu yang berada di dekatnya. Prinsip ini sangat tergantung pada pendengar/pembaca atau analis wacana dalam mengguanakn kemampuannya dalam menginterpretasikan gejala bahasa yang dijumpainya. Prinsip interpretasi lokal tidak hanya berlaku untuk tempat saja akan tetapi juga terhadap waktu kejadian. Di atas telah disinggung bahwa penafsiran lokal tersebut dimungkinkan oleh pengetahuan kita terhadap pengalaman yang serupa pada masa lampau dan pengetahuan kiat tentang dunia’. Pengalaman-pengalaman manusia itulah yang membimbing manusia di samping tentunya akal budinya dalam menyesuaikan tingkah lakunya dengan kebiasan-kebiasaan dal masyarakat. Jadi, manusia mempergunakan akal budinya yang didasarkan atas pengalaman-pengalamannya. Dengan kata lain, ia menerapkan apa yang disebut prinsip analogi. Dengan prinsip ini sebenarnya manusia berpikir secara berharap’. Prinsip analogi ini sangat penting dalam menentukan penafsiran ujaran di dalam konteks, pengalaman masa lampau yang relevan bersama prinsip penafsiran lokal akan mendorong pendengar/pembaca mencoba menafsirkan uajaran yang berurutan sebagai hubungan dengan topik yang sama. 2 . Perbedaan teks dan konteks Pengertian Teks Kridalaksana 2011238 dalam Kamus Linguistiknya menyatakan bahwa teks adalah 1 satuan bahasa terlengkap yang bersifat abstrak, 2 deretan kalimat, kata, dan sebagainya yang membentuk ujaran, 3 ujaran yang dihasilkan dalam interaksi manusia. Berdasarkan tiga pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengertian teks adalah satuan bahasa yang berupa bahasa tulis maupun berupa bahasa lisan yang dahasilkan dari interaksi atau komunikasi manusia. Contoh teks tulis Mata Kuliah Sintaksis merupakan mata kuliah yang wajib ditempuh dalam program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. mata kuliah ini, membahas tentang seluk beluk pembentukan kalimat. Contoh teks lisan. “Bang bakso 2 gak pakek kubis dan kuahnya dikit aja” Teks yang baik harus mengungkapkan gagasan-gagasan atau gambaran-gambaran yang ada dalam kehidupan. Gagasan-gasasan atau gambaran-gambaran tersebut dituangkan dalam bentuk bahasa yang berupa penceritaan, lazimnya dalam bentuk drama dan prosa maupun untaian kata-kata, lazimnya dalam bentuk puisi. Pengarang dalam menuangkan gagasan-gagasannya dapat secara eksplisit maupun implisit dalam menunjukkan isi sebagai pesan yang disampaikan dalam teks. Isi dalam teks sangat berkaitan dengan semantik. Semantik merupakan salah satu kajian dalam bahasa yang berkaitan dengan makna. Isi dalam teks tidak ubahnya adalah makna-makna yang disampaikan pengarang. Pengungkapan makna ini dapat dilakukan secara terang-terangan, lugas, jelas maupun dengan tersembunyi melalui simbol-simbol. Berkaitan dengan makna dalam teks, Luxemburg, 199288 menyatakan bahwa kesatuan semantik yang dituntut sebuah teks ialah tema global yang melingkupi semua unsur. Dengan kata lain, tema atau perbuatan berfungsi sebagai ikhtisar teks atau perumusan simboliknya. Meskipun demikian, menunjukkan tema saja belumlah memadai. Masih diperlukan penafsiran menyeluruh untuk menelaah sebuah teks sebagai satu kesatuan. Hal ini terkait dengan keberadaan sebuah cerita maupun puisi yang merupakan satu kesatuan ide/gagasan. Kedua adalah sintaksis. Sintaksis dalam tatabahasa diartikan sebagai tatakalimat. Secara sintaksis sebuah teks harus memperlihatkan pertautan. Pertautan itu akan tampak apabila unsur-unsur dalam tatabahasa yang berfungsi sebagai penunjuk konjungsi secara konsisten dipergunakan. Dalam hal ini dapat kita simak melalui penceritaan berikut “Cukup! Rupanya inilah hal terpenting mengapa kamu datang kemari. Rupanya kamu sedang mendambakan punya menantu seorang guru. Sebenarnya kamu harus menolak begitu mendengar pesan Pak Sambeng itu. Satu hal kamu tak boleh lupa Jangan sekali-kali menyuruh orang bercerai. Juga jangan lupa, Darsa adalah kemenakan suamimu. Salah-salah urusan, malah kamu dan suamimu ikut kena badai. Oh, Mbok Wiryaji, aku tak ikut kamu bila kamu punya pikiran demikian. Aku hanya berada di pihakmu bila kamu terus berikhtiar dan berdoa untuk kesembuhan Darsa.” Tohari, 200560—61 Pada kutipan di atas, konjungsi yang berupa kata ganti “kamu” sangat dominan dalam cerita di atas. Keberadaan kata ganti “kamu” pada kalimat satu, dua, tiga, empat, enam, tujuh, dan delapan menunjukkan bahwa antarkalimat dalam penceritaan di atas sangat koheren. Hal ini sangat memudahkan pembaca untuk menelaah karya sastra tersebut. Bahkan untuk memudahkan pemahaman digunakan pula bentuk klitik “mu” sebagai bentuk singkat dari kata “kamu”. Penggunaan itu terlihat pada kata “suamimu” dalam kalimat kelima dan keenam; kata “pihakmu” pada kalimat kedelapan. Penggunaan kata ganti tersebut sangat dieksplisitkan jelas. Tentu tidak dapat dibayangkan susahnya memahami hubungan antarkalimat apabila konjungsi yang menunjukkan koherensi antarkalimat diimplisitkan samar-samar atau tersembunyi. Penggunaan kata ganti sebagai konjungsi juga dapat ditemukan dalam puisi. Seperti halnya dalam cerita, keberadaan kata ganti ini juga lebih memudahkan untuk memahami puisi. Pengertian Konteks Luxemburg 1989 yang dikutip Tedi dalam makalahnya menyatakan bahwa teks ialah ungkapan bahasa yang menurut isi, sintaksis, dan pragmatik merupakan satu kesatuan. Kridalaksana 2011238 dalam Kamus Linguistiknya menyatakan bahwa teks adalah 1 satuan bahasa terlengkap yang bersifat abstrak, 2 deretan kalimat, kata, dan sebagainya yang membentuk ujaran, 3 ujaran yang dihasilkan dalam interaksi manusia. Teks merupakan naskah yang berupa kata-kata asli dari pengarang. KBBI Offline. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat diartikan bahwa teks adalah suatu kesatuan bahasa yang memiliki isi dan bentuk, baik lisan maupun tulisan yang disampaikan oleh seorang pengirim kepada penerima untuk menyampaikan pesan tertentu. Teks tidak hanya berbentuk deretan kalimat-kalimat secara tulis, namun juga dapat berupa ujaran-ujaran atau dalam bentuk lisan, bahkan ada juga teks itu terdapat di balik teks. Kridalaksana 2011134 menyatakan bahwa konteks adalah 1 aspek-aspek lingkungan fisik atau sosial yang kait mengait dengan ujaran tertentu, 2 pengetahuan yang sama-sama memiliki pembicara dan pendengar sehingga pendengar paham apa yang dimaksud pembicara. Mulyana 2005 21 konteks merupakan sebab dan alasan terjadinya suatu pembicaraan. Peristiwa adanya konteks dalam suatu tuturan dapat dilihat dari bagan berikut. Proses Peristiwa Bertutur Pembicara O1 à Pasangan Bicara O2 Maksud pra ucap à pemahaman pascaucap Pensandian encoding à pembacaan sandi decoding Pengucapan fonasi à penyimakan audisi KONTEKS Konteks yang berkaitan dengan partisipan penutur juga sangat berperan dalam memahami makna dan informasi tuturan. Misalnya muncul tuturan berikut ini. “hanya Oreo” kata pada akhir iklan Oreo memiliki arti seolah-olah hanya oreo biskuit rasa coklat yang paling enak dan lezat. Contohnya lain seperti dialog di bawah ini. Dialog I Pembicara Ibu Pendengar Bapak Tempat Rumah Situasi Sedang menunggu anaknya kembali dari rumah pamannya karena mengambil sesuatu yang dipinjam Waktu Pukul Wib. Ketika si anak kembali, si ibu mengatakan, “Cepat sekali kamu pulang.” Dialog II Pembicara Ibu Pendengar Bapak Tempat Rumah Situasi Menunggu anaknya yang belum kembali dari rumah temannya Waktu Pukul Wib Ketika si anak datang, si Ibu mengatakan, “Cepat sekali kamu pulang”. Jika diperhatikan kalimat “Cepat sekali kamu pulang”.pada dua contoh dialog di atas, memiliki makna yang berbeda. Pada dialog pertama memiliki makna rasa heran seorang ibu melihat anaknya yang cepat sekali mengambil barang dari rumah pamannya. Akan teta[i berbeda dengan dialog kedua, kalimat “Cepat sekali kamu pulang” memiliki makna sindira. Hubungan antara teks, koteks, dan konteks sangat berkaitan. Hal tersebut dapat dilihat dari segi hakikat yang telah di bahas pada bahasa di atas, yakni bahwa teks adalah satuan bahasa yang terlengkap yang di dalamnya terdapat topik serta bersifat kohesi dan koherensi. teks bisa berupa bahasa tulis maupun berupa bahasa lisan tutur. Sedangkan koteks merupakan unsur yang memiliki keterkaitan dan kedudukannya sejajar dengan teks yang didampinginya. Koteks dapat mendahului maupun membelakangi teks. Dan kemudian konteks merupakan aspek-aspek yang saling berkaitan dengan ujaran tertentu sehingga timbul sebuah pembicaraan. Aspek tersebut bisa berupa konteks secara situasi maupun pengetahuan. Hubungan teks, koteks, dan konteks dapat tergambar pada contoh berikut. “Bang 2, pedes” Contoh dialog “Bang 2, pedes” di atas, semisal pada abang penjual bakso. Jika pembeli mengatakan demikian dan si Abang penjual bakso memahaminya maka hal tersebut dapat dikatakan sebagai wacana. Dengan teks berupa kalimat “Bang 2, pedes”. Sedangkan koteksnya berup penjelas “2, pedes”, kemudian konteksnya mengacu pada situasi, dimana tidak ada lagi penjual bakso selain tukang bakso tersebut pembeli menghampiri tukang bakso tersebut. konteks berubah jika situasinya terdapat lebih dari satu tukang bakso dan pembeli tidak menghampiri tukang bakso yang dimaksudkan. 3 Kohesi dan Koherensi wacana Mengenai pengertian kohesi dan koherensi sebenarnya tidak terlihat perbedaan yang nyata, karena pengertian kedua istilah tersebut sering disamakan dan sering dipertukarkan pemakaiannya. Kedua pengertian tersebut saling menunjang, saling berkaitan, ibarat dua sisi pada satu mata uang. Kohesi Gutwinsky, 1976 26 dalam Tarigan, 2009 93 memiliki pengertian yaitu hubungan antarkalimat dalam sebuah wacana, baik dalam strata gramatikal maupun dalam strata leksikal tertentu. Untuk dapat memahami wacana dengan baik, diperlukan pengetahuan dan penguasaan kohesi yang baik pula, yang tidak saja bergantung pada pengetahuan kita tentang kaidah-kaidah bahasa, tetapi juga kepada pengetahuan kita mengetahui realitas, pengetahuan kita dalam proses penalaran, yang disebut penyimpulan sintaktik Van de Velde, 1984 6 dalam Tarigam, 2009 93. Kita dapat mengatakan bahwa suatu teks atrau wacana benar-benar bersifat kohesif apabila terdapat kesesuaian secara bentuk bahasa terhadap konteks Tarigan, 2009 93. Kohesi adalah hubungan antarbagian dalam teks yang ditandai penggunaan unsur bahasa. Konsep kohesi pada dasarnya mengacu kepada hubungan bentuk, artinya unsur-unsur wacana kata atau kalimat yang digunakan untuk menyusun suatu wacana memiliki keterkaitan secara padu dan utuh Mulyana, 2005 26. Contoh kohesi adalah sebagai berikut. Listrik mempunyai banyak kegunaan. Orang tuaku berlangganan listrik dari PLN. Baru-baru ini tarif pemakaian listrik naik 25%, sehingga banyak masyarakat yang mengeluh. Akibatnya, banyak pelanggan listrik yang melakukan penghematan. Jumlah peralatan yang menggunakan listrik sekarang meningkat. Alat yang banyak menyedot listrik adalah AC atau alat penyejuk udara. Di kantor-kantor sekarang penggunaan alat penyejuk udara itu sudah biasa saja, bukan barang mewah. Contoh wacana di atas dikatakan kohesif, karena menggunakan alat kohesi pengulangan, misalnya listrik yang diulang beberapa kali. Namun, paragraf tersebut tidak padu karena bagian-bagian paragraf itu tidak mempunyai kepaduan secara maknawi. Sedangkan untuk pengertian koherensi itu sendiri adalah pengaturan secara rapi kenyataan dan gagasan, fakta dan ide menjadi suatu untaian yang logis sehingga kita mudah memahami pesan yang dikandungnya Wohl, 1978 25 dalam Tarigan, 2009 100. Pengertian yang lain menyatakan bahwa koherensi adalah pertalian atau jalinan antarkata, atau kalimat dalam teks. Dua buah kalimat yang menggambarkan fakta yang berbeda dapat dihubungkan sehingga tampak koheren. Sehingga, fakta yang tidak berhubungan sekalipun dapat menjadi berhubungan ketika seseorang menghubungkannya. Koherensi merupakan elemen wacana untuk melihat bagaimana seseorang secara strategis menggunakan wacana untuk menjelaskan suatu fakta atau peristiwa Teun A. Van Dijk dalam Eriyanto, 2001 242. Koherensi adalah keterkaitan antara bagian yang satu dengan bagian yang lainnya, sehingga kalimat memiliki kesatuan makna yang utuh Brown dan Yule dalam Mulyana, 2005 30. Contoh Buah Apel Apple adalah salah satu buah yang sangat tidak diragukan kelezatan rasanya. b Menurut beberapa penelitian dibalik kelezatan dari rasa buah apel ternyata juga mengandung banyak zat-zat yang bermanfaat bagi kesehatan tubuh kita. c Untuk itu sangatlah penting untuk mengkonsumsi buah apel. d Buah Apel memiliki kandungan vitamin, mineral dan unsur lain seperti serat, fitokimian, baron, tanin, asam tartar, dan lain sebagainya. e Dengan kandungan zat-zat tersebut buah apel memiliki manfaat yang dapat mencegah dan menanggulangi berbagai penyakit. f Berikut ini adalah beberapa manfaat buah apel bagi kesehatan yang berhasil dihimpun dari berbagai sumber yaitu buah apel dapat mencegah penyakit asma, dapat mengurangi berat badan, melindungi tulang, menurunkan kadar kolesterol, mencegah kanker hati, kanker paru-paru, kanker payudara, kanker usus, mengontrol diabetes, membersihkan dan menyegarkan mulut. Bagian-bagian pada wacana di atas saling mempunyai kaitan secara maknawi, kalimat di atas menjelaskan secara rinci zat-zat dan manfaat yang terkandung dalam buah apel. Wacana itu termasuk wacana padu karena hampir setiap kalimat berhubungan padu secara maknawi dengan bagian lain. Selain itu, wacana itu juga kohesif. Ada beberapa kata yang diulang buah apel pada setiap kalimat. Jadi, wacana itu harus kohesif dan dan koherensif. Bahkan keterpaduanlah koherensi yang harus diutamakan. Jadi, Kohesi dan koherensi merupakan syarat utama kewacanaan atau tekstualitas, Keduanya merupakan konsep kepaduan. Kohesi adalah terpadu dan koherensi adalah berpadu. Teks atau wacana yang kohesif berarti setiap unsur lahirnya terpadu secara internal dalam satuan teks tersebut. Tegasnya, setiap komponen teks lahir, misalnya kata aktual yang didengar atau dibaca, saling terhubung dalam rangkaian. Unsur-unsur komponen lahirnya harus saling tergantung. Jadi, kehadiran yang satu serasi dengan kehadiran yang lain baik bentuk maupun distribusinya. Contoh lain dari unsur teks lahir adalah wujud tata bahasanya atau unsur-unsur konvensi lain. Teks atau wacana yang koheren adalah teks atau wacana yang komponen-komponen dunia tekstualnya, seperti konfigurasi konsep dan hubungan yang mendasari teks lahir, saling berpadu. Artinya, dapat menjangkau dan dijangkau serta relevan. Yang dimaksud konsep adalah konfigurasi pengetahuan muatan kognitif yang kira-kira dapat diaktifkan dengan kesatuan dan konsistensi minda. Hubungan dalam koherensi di antaranya adalah sebab-akibat, “keterbisaan” enablement, alasan, dan kedekatan temporal. Dengan hubungan-hubungan tersebut dapat dilakukan inferensi oleh penerima pesan. Jadi, koherensi adalah hubungan yang terjadi karena sesuatu yang berada di luar teks. Yang disebut “sesuatu” dalam pengertian di atas biasanya pengetahuan diasumsikan dimiliki oleh pendengar atau pembaca. Perbedaan antara kohesi dan koherensi pada sesuatu yang terpada atau yang berpadu. Dalam kohesi, yang terpadu adalah unsur-unsur lahiriah teks, termasuk struktur lahir tata bahasa. Penggalan teks percakapan dua orang berikut dapat dicadikan contoh. “Hei, apa kabar?” “Oh, kamu. Kabar baik. Tinggal di mana? Masih di tempat yang dulu?” “Iya, di situlah saya tinggal sampai sekarang.” Semua unsur lahir dalam penggalan teks tersebut terpadu, baik secara leksikal maupun gramatikal. Sementara itu, keberpaduan atau koherensi mengharuskan unsur-unsur batinnya makna, konsep, dan pengetahuan saling berpadu. Misalnya, ujar “apa kabar” biasanya digunakan oleh orang yang sudah saling kenal dan relative sudah agak lama tidak saling jumpa. Pembicara pertama mengujarkannya kepada yang kedua dan yang kedua menyambut dengan akrab dan mengisyaratkan pemahaman bahwa mereka sudah lama tidak sing jumpa. Apa lagi, pengujar tersebut melanjutkan dengan ujaran berikutnya, yang memperkuat tafsiran bahwa dia merasa sudah lama tidak jumpa dengan pengujar pertama. Perbedaan antara wacana tulis dan wacana tulis Berdasarkan media komunikasinya, wacana dapat diklasifikasikan atas wacana lisan dan tulisan. Wacana tulis Menurut Henry Guntur Tarigan 198752 wacana tulis atau written discourse adalah wacana yang disampaikan secara tertulis, melalui media tulis. Menurut Mulyana 200551-52 wacana tulis written discourse adalah jenis wacana yang disampaikan melalui tulisan. Berbagai bentuk wacana sebenarnya dapat dipresentasikan atau direalisasikan melalui tulisan. Sampai saat ini, tulisan masih merupakan media yang sangat efektif dan efisian untuk menyampaikan berbagai gagasan, wawasan, ilmu pengetahuan, atau apapun yang dapat mewakili kreativitas manusia. Wacana tulis sering dipertukarkan maknanya dengan teks atau naskah. Namun, untuk kepentingan bidang kajian wacana yang tampaknya terus berusaha menjadi disiplin ilmu yang mandiri. Kedua istilah tersebut kurang mendapat tempat dalam kajian wacana. Apalagi istilah teks atau naskah tampaknya hanya berorientasi pada huruf graf sedangkan gambar tidak termasuk didalamnya. Padahal gambar atau lukisan dapat dimasukkan pula kedalam jenis wacana tulis gambar. Sebagaiman dikatakan Hari Mukti Kridalaksana dalam Mulyana 200552, wacana adalah satuan bahasa yang terlengkap, yang dalam hirarki kebahasaan merupakan satuan gramatikal tertinggi dan terbesar. Wacana dapat direalisasikan dalam bentuk kata, kalimat, paragraf atau karangan yang utuh buku, novel, ensiklopedia, dan lain-lain yang membawa amanat yang lengkap dan cukup jelas berorientasi pada jenis wacana tulis. Menurut T. Fatimah Djajasudarma 1994 7-8 wacana dengan media komunikasi tulis dapat berwujud antara lain Sebuah teks/ bahan tertulis yang dibentuk oleh lebih dari satu alinea yang mengungkapkan sesuatu secara beruntun dan utuh, misalnya sepucuk surat, sekelumit cerita, sepenggal uraian ilmiah. Sebuah alinea, merupakan wacana, apabila teks hanya terdiri atas sebuah alinea, dapat dianggap sebagai satu kesatuan misi korelasi dan situasi yang utuh. Sebuah wacana khusus bahasa Indonesia mungkin dapat dibentuk oleh sebuah kalimat majemuk dengan subordinasi dan koordinasi atau sistem elipsis. Perhatikanlah makna yang terdapat dalam pernyataan berikut “Ade mencintai bapaknya, saya juga.” Ketidakhadiran verba pada klausa kedua saya juga’ dan juga ketidakhadiran objek yang diramalkan klausa kedua adalah ………………………, saya juga mencintai bapak saya Atau ………………………, saya juga mencintai bapak Ade Wacana lisan Menurut Henry Guntur Tarigan 198755 wacana lisan atau spoken discourse adalah wacana yang disampaikan secara lisan, melalui media lisan. Menurut Mulyana 200552 wacana lisan spoken discourse adalah jenis wacana yang disampaikan secara lisan atau langsung dalam bahasa verbal. Jenis wacana ini sering disebut sebagai tuturan speech atau ujaran utterance. Adanya kenyataan bahwa pada dasrnya bahasa kali pertama lahir melalui mulut atau lisan. Oleh karena itu, wacana yang paling utama, primer, dan sebenarnya adalah wacana lisan. Kajian yang sungguh-sungguh terhadap wacana pun seharusnya menjadikan wacana lisan sebagai sasaran penelitian yang paling utama. Tentunya, dalam posisi ini wacana tulis dianggap sebagai bentuk turunan duplikasi semata. Wacana lisan memiliki kelebihan dibanding wacana tulis. Beberapa kelebihan wacana lisan di antaranya ialah Bersifat alami natural dan langsung. Mengandung unsur-unsur prosodi bahasa lagu, intonasi. Memiliki sifat suprasentensial di atas struktur kalimat. Berlatar belakang konteks situasional. Menurut Henry Guntur Tarigan 1987122 wacana lisan diciptakan atau dihasilkan dalam waktu dan situasi yang nyata. Oleh sebab itu, dalam semua bentuk wacana lisan terdapat kaidah-kaidah atau aturan-aturan mengenai siapa yang berbicara kepada siapa apabila waktunya. Dengan perkataan lain, dalam wacana lisan, kita harus mengetahui dengan pasti Siapa yang berbicara Kepada siapa Apabila; pada saat yang nyata Sebagai pegangan dalam pembicaraan selanjutnya dalam buku kecil ini, maka yang dimaksud dengan wacana lisan adalah satuan bahasa yang terlengkap dan terbesar di atas kalimat atau klausa dengan kohesi dan koherensi tinggi yang berkesinambungan yang mempunyai awal dan akhir yang nyata disampaikan secara lisan. Disamping terdapat banyak persamaan, terdapat juga sejumlah perbedaan antara wacana tulis dan wacana lisan. Perbedaan itu dapat pula kita anggap sebagai ciri masing-masing. Dalam uraian berikut ini akan kita bicarakan beberapa hal yang merupakan ciri atau unsur khas wacana lisan, antara lain Aneka tindak Aneka gerak Aneka pertukaran Aneka transaksi Peranan kinesik Menurut T. Fatimah Djajasudarma 19947 sebagai media komunikasi, wujud wacana sebagai media komunikasi berupa rangkaian ujaran tuturan lisan dan tulis. Sebagai media komunikasi wacana lisan, wujudnya berupa Sebuah percakapan atau dialog yang lengkap dari awal sampai akhir, misalnya obrolan di warung kopi. Satu penggalan ikatan percakapan rangkaian percakapan yang lengkap, biasanya memuat gambaran situasi, maksud, rangkaian penggunaan bahasa yang berupa Ica ……………………. Ania “Apakah kau punya korek?” Rudi “Tertinggal di ruang makan tadi pagi.” Penggalan wacana ini berupa bagian dari percakapan dan merupakan situasi yang komunikatif. Wacana Kelas Wacana kelas dapat diartikan sebagai bentuk percakapan yang terjadi di dalam kelas atau dalam proses pembelajaran. Kajian terhadap bahasa lisan dalam interaksi kelas merupakan kajian wacana. Pada hakikatnya perilaku guru di dalam proses pembelajaran di dalam kelas merupakan refleksi dari ideologi yang dianutnya. Dengan melihat perilaku guru dalam bertindak di dalam kelas akan tergambar bagaimana guru memandang posisi siswa. Apakah guru memandang siswa berdasarkan konsep atasan-bawahan ataukah berdasarkan konsep bahwa guru sebagai motivator dan fasilitator serta siswa sebagai patner mitra. Hal itu merupakan realisasi dari sistem pikiran dan kepercayaan yang ada pada diri guru itu sendiri. Pada wacana kelas, tuturan guru dan siswa akan membentuk rangkaian pasangan berdekatan yang terfokus pada topik tertentu. Hal ini merupakan gejala alamiah dalam proses percakapan, termasuk wacana kelas. Di dalam pasangan berdekatan terdapat stimulus-respons dan feedback. Proses stimulus-respons yang berulang akan menimbulkan kebiasaan dan keteraturan. Proses ini dapat dilihat pada tuturan yang berfungsi sebagai inisiasi, dan diikuti oleh tuturan yang berfungsi sebagai respons. Inisiasi dapat dikatakan sebagai pembuka atau pemicu suatu tuturan. Sementara itu, respons merupakan hasil dari adanya inisiasi. Respons dapat dibedakan menjadi dua, yaitu respons langsung dan tak langsung Haliday dan Hasan dalam Jumadi, 2005 39. Respons langsung adalah tuturan yang digunakan secara langsung dalam menjawab pertanyaan. Bentuk respons ini adalah jawaban ya dan tidak. Sementara itu, respons tidak langsung adalah tuturan yang digunakan tidak secara langsung dalam menjawab pertanyaan. Pada umumnya bentuk respons tidak langsung digunakan untuk mengkomentari pertanyaan, mengabaikan relevansi sangkalan, atau respons yang memberi informasi pendukung. Bagian ketiga dari pasangan berdekatan adalah feedback. Feedback dapat difungsikan sebagai penutup tuturan. Pasangan berdekatan yang di dalamnya terdapat inisiasi I, respons R, dan feedback F pada umumnya memiliki struktur, seperti a [IRF], yakni struktur penuh, di dalamnya terdapat respons verbal secara penuh terhadap inisiasi, b [IR F], struktur dari pasangan berdekatan yang di dalamnya terdapat inisiasi yang menyebabkan respons dalam bentuk nonverbal, dan c [I R], yakni struktur yang memiliki inisiasi dalam bentuk penyampaian informasi proporsional yang tidak memerlukan respons. Misalnya [IRF] Guru Apa sudah benar jawaban Agus? Siswa Benar. Guru Baik. [IR F] Penumpang 1 Bisa menggeser sedikit, mbak? Penumpang 2 menggeser [I R] Guru Diskusi akan dimulai minggu depan. Siswa Suatu proses komunikasi dapat berlangsung lancar. Inisiasi I yang diikuti oleh respons R dan feedback F mengimplikasikan telah terjadinya percakapan yang berlangsung secara efektif dan efesien. Akan tetapi, tidak semua proses percakapan berlangsung secara efektif dan efesien. Adanya rangkaian sisipan insertion sequences dapat ditemukan di antara I dan R. Pada umumnya struktur seperti ini dapat dirumuskan dengan Q Q-A A, pertanyaan pertanyaan-jawaban jawaban Cock dalam Jumadi, 2005 40-45. Misalnya A Banyak tidak yang ikut latihan bersama? B Kamu mengapa tidak ikut latihan? A Bagaimana lagi, aku ada ujian besoknya di kampus. B Lumayan banyak sih, yang ikut. Contoh di atas memperlihatkan adanya sisipan dalam pasangan berdekatan. Pertanyaan A seharusnya dijawab secara relevan oleh B. Namun, B ternyata memberikan pertanyaan baru yang tidak relevan untuk menjawab pertanyaan A sebelumnya. Adanya pasangan berdampingan baru dari pasangan berdampingan yang seharusnya dituntaskan dapat disebut sebagai pasangan sisipan. Pada interaksi di kelas bahasa yang digunakan guru berkaitan dengan pola penguasaan. Guru yang lebih dominan dapat menyebabkan terjadinya kekakuan dalam interaksi. Siswa dikondisikan untuk tidak diberi kesempatan berlatih dan kreatif dalam penggunaan bahasanya. Tuturan siswa pada bentuk ini lebih banyak yang bersifat langsung, sopan, lebih berhati-hati dalam penggunaan tuturan, dan kalimatnya pendek-pendek. Sementara idealnya suatu interaksi yang terjadi di kelas, yaitu adanya sikap saling menghargai terhadap pendapat dan pemberian kesempatan dalam berkreativitas. Umumnya, bentuk interaksi yang ideal ini seimbang antara guru dan siswa, bahkan ada kemungkinan siswa yang lebih mendominasi dalam keaktifan, sementara itu, guru hanya sebagai pendamping dan pengarah kepada pembelajaran yang lebih mandiri. Interaksi seperti ini sangat baik diterapkan pada kegiatan di kelas. Tuturan pada bentuk interaksi seperti ini tidak berbeda jauh dengan tuturan pada interaksi yang didominasi guru. Yang membedakan hanyalah adanya penghargaan pendapat dan kreatifitas kerja siswa tanpa tekanan mental. Pada interaksi di kelas terdapat tiga lapisan pertukaran, yaitu tindak, gerak, dan pertukaran Ramirez dalam Arifin dan Rani, 2000 52-55. Dijelaskan bahwa pertukaran itu merupakan suatu interaksi yang terkecil dan melibatkan dua peserta atau lebih. Secara umum pola pertukaran dirumuskan sebagai pembuka, jawaban, dan tindak lanjut. Ketiga unsur struktur disebut gerak. Gerak-gerak itu terdiri atas sejumlah tindak, sedangkan tindak dapat dibatasi berdasarkan fungsi ujaran dalam sebuah wacana, seperti pertanyaan, perintah, memberi keterangan, dan sebagainya. Ramirez dalam Arifin dan Rani, 2000 52-55 mendeskripsikan sebagai berikut. Pembukaan Tindak tutur yang terdapat pada pembuka seperti di bawah ini. Pertanyaan sungguhan, yaitu menanyakan sebuah informasi, penjelasan, alasan, keterangan yang tidak diketahui oleh penutur. Biasanya pertanyaan ini menggunakan bentuk kalimat pertanyaan seperti Kapan ayah datang? Berapa tahun umurnya? 2 Pertanyaan pura-pura, yaitu pertanyaan yang diajukan untuk mengetahui informasi, penjelasan, alasan, dan sebagainya yang sebenarnya telah diketahui oleh penutur. Pertanyaan ini berguna untuk mengetahui pengetahuan masa lampau para pendengar. Biasanya bentuk kalimat yang digunakan untuk pertanyaan ini adalah kalimat tanya. Contoh Di mana huruf besar diletakkan di dalam kalimat? Benarkah? 3 Permintaan secara langsung, yaitu ujaran yang berisi permintaan dalam bentuk perintah yang memerlukan jawaban atau tindakan pendengar. Bentuk ujaran yang digunakan biasanya berupa kalimat suruhan. Tindak tutur ini dibedakan sebagai permintaan keras secara langsung untuk kepentingan pengelolaan kelas dan permintaan keras secara langsung untuk kepentingan disiplin. Contohnya Buka pintu itu! Matikan lampunya! Diam, kau! 4 Permintaan tak langsung, yaitu ujaran yang berisikan permintaan dalam bentuk perintah lunak yang memerlukan jawaban verbal atau tindakan dan cara penyampaiannya secara tidak langsung. Biasanya ujaran yang digunakan berupa kalimat tanya. Permintaan lunak tak langsung dibedakan menjadi dua macam, yaitu untuk kepentingan disiplin dan pengelolaan kelas. Contoh Dapatkah kamu membuka pintu itu? 5 Informatif, yaitu ujaran dalam bentuk pernyataan yang berisi pendapat, ide, contoh, alasan, dan sebagainya yang ditujukan kepada mitra tuturnya. Bentuk ujaran yang digunakan biasanya berupa kalimat berita, bukan kalimat tanya. Tindak tutur ini dibedakan menjadi informatif berperan serta dan informatif tidak berperan serta. Contoh Saya rasa dia salah memasuki ruangan ini. 6 Metastatement, yaitu suatu pernyataan yang berisi suatu informasi yang sedang terjadi atau akan terjadi selama peristiwa belajar-mengajar. Contoh Besok, kuliah ditiadakan karena ada acara wisuda sarjana. Tugas mata kuliah harus diserahkan besok lusa. 7 Ekspresif, yaitu suatu ujaran yang bersifat pribadi dalam bentuk komentar, penghargaan, atau pelahiran emosi yang lain. Dalam interaksi di kelas, ujaran ini ditujukan pada siswa dan biasanya tidak berhubungan dengan pelajaran. Contoh Aduh, bagus sekali bajumu! Penjawaban Tindak tutur yang terjadi dalam gerak ini lebih sedikit kemungkinannya, seperti di bawah ini. 1 Menjawab, yaitu suatu tanggapan terhadap sebuah pertanyaan yang ditujukan pada dirinya. Tindak tutur ini dibedakan menjadi menjawab dengan berperan serta dan tidak berperan serta, misalnya jawaban dalam bentuk pendapat pribadi, perasaan, sikap, dan sebagainya. 2 Timbal balik, yaitu tanggapan dalam bentuk tindak verbal ataupun tindal nonverbal sebagai jawaban dari permintaan atau perintah. Contoh Pertanyaan Sedang apa kamu? Timbal balik Menulis. 3 Ucapan terima kasih, yaitu tanggapan untuk mengucapkan terima kasih atas sebuah informasi yang diberikan. 4 Pengulangan, yaitu bentuk pengulangan terhadap ujaran dalam bentuk pembuka. 5 Pemicu ulang, yaitu suatu ujaran yang ditujukan pada siswa untuk mengulang atau memulai lagi. Pelanjutan Gerak lanjutan ini sering disebut sebagai feedback, karena tindak tutur yang digunakan pada umumnya merupakan balikan dari gerak jawaban. Tindak tutur yang terdapat pada gerak ini, antara lain 1 Penerimaan, yaitu ujaran yang berisi penerimaan terhadap jawaban siswa. Misalnya Benar! Oke, bagus! 2 Penghargaan, yaitu ujaran yang berisikan penilaian terhadap jawaban atau pertimbangan kualitas. Contoh Bagus sekali! 3 Komentar, yaitu ujaran dalam bentuk pernyataan. Komentar ini biasanya mengikuti penerimaan, penghargaan, pembentulan. Contoh Jadi memang benar apa yang dikemukakan oleh teman kalian tadi. 4 Pembetulan, yaitu ujaran yang dimaksudkan untuk membetulkan jawaban siswa. Siswa Rumah kaca. Guru Efek rumah kaca. 5 Pengulangan, yaitu ujaran dalam bentuk pengulangan jawaban siswa. Siswa Banjir bandang. Guru Banjir bandang. 6 Parafrase, yaitu ujaran dalam bentuk pengubahan bentuk jawaban siswa. Siswa Efek rumah kaca. Guru Ya. Dengan kata lain, efek rumah kaca itu ya yang menyebabkan ozon bolong-bolong
Jelaskanapa yang dimaksud dengan penduduk. pham_Dangkute 19 minutes ago 5 Comments. (2020) karya Rosmawati dan Hasanal Mulkan, yang dimaksud warga negara adalah sekumpulan orang yang memiliki kedudukan sederajat, loyalitas, dapat berpartisipasi, serta mendapat perlindungan. Miss_duclover 55 seconds ago.
SEJARAH INDONESIA SMA/MA Kelas X Semester I BAB IIKehidupan Manusia Purba Uji Kompetensi 2 A. Pilihlah jawaban yang tepat! 1. Perhatikan identifikasi mengenai manusia purba berikut! 1. Memiliki geraham besar, otot kunyah kuat, rahang bawah tegap, dan kening menonjol. 2. Ditemukan oleh von Koenigswald di Desa Sangiran 3. Merupakan spesies manusia purba tertua yang pernah hidup di Pulau Jawa. 4. Mengonsumsi tumbuh-tumbuhan. Identifikasi di atas menjelaskan manusia purba jenis . . . . a. Pithecanthropus mojokertensis b. Meganthropus palaeojavanicus c. Pithecanthropus robustus d. Homo wajakensis e. Homo soloensis 2. Berdasarkan temuan fosil tengkorak, volume otak Homo soloensis lebih besar daripada Meganthropus paleojavanicus dan Pithecanthropus mojokertensis. Perbedaan volume otak tersebut menunjukkan bahwa . . . . a. Kepala Homo soloensis mengalami penyakit microcephalia b. Meganthropus dan Pithecanthropus hidup secara primitif c. Homo soloensis memiliki bentuk kepala besar d. Homo soloensis memiliki kecerdasan tinggi e. Otak Homo soloensis tidak berkembang 3. Perhatikan ciri-ciri fisik berikut! 1. Tulang tengkorak berbentuk lonjong, 2. Tinggi badan 100 cm. 3. Berat badan 30 kg. 4. Volume otak 400 cc. 5. Volume otak 7501000 cc. Ciri-ciri fisik kerangka manusia purba yang ditemukan di gua Liang Bua, Flores ditunjukkan oleh angka . . . . a. 1, 2, dan 3 b. 1, 2, dan 4 c. 2, 3, dan 4 d. 2, 4, dan 5 e. 3, 4, dan 5 4. Para ahli arkeologi masih kesulitan meng identifikasi keberadaan dan kehidupan manusia purba jenis Meganthropus palaeojavanicus. Kesulitan tersebut muncul karena . . . . a. Meganthropus ditemukan di lapisan pleistosen bawah b. Ciri-ciri fisik Meganthropus mirip dengan Pithecanthropus c. Meganthropus dianggap sebagai spesies baru manusia purba d. Meganthropus palaeojavanicus merupa kan jenis manusia purba tertua e. Fragmen fosil Meganthropus yang ditemukan masih sangat sedikit 5. Eugene Dubois menyatakan Homo erectus merupakan makhluk yang hidup pada masa transisi perubahan kera menjadi manusia. Ciri fisik yang mendasari hipotesis tersebut adalah . . . . a. Volume otak di atas kera dan di bawah manusia b. Jumlah gigi geraham sama dengan manusia c. Berbadan tegap dan mampu berjalan tegak d. Volume otak sama dengan kera e. Alat pengunyah kuat seperti kera 6. Von Koenigswald menyatakan Homo wajakensis merupakan salah satu jenis manusia purba yang memiliki kecerdasan. Asumsi tersebut muncul karena . . . . a. Homo wajakensis telah mengenal upacara penguburan b. Nenek moyang Homo soloensis adalah Homo wajakensis c. Homo wajakensis mampu berdiri dan berjalan secara tegak d. Homo wajakensis memiliki volume otak sekira 7501000 cc e. Fosil Homo wajakensis memiliki daerah persebaran paling luas 7. Situs Sangiran ditetapkan sebagai salah satu daftar warisan dunia oleh UNESCO sejak tahun 1996. Salah satu faktor yang mendukung munculnya ketetapan tersebut adalah . . . . a. Hewan-hewan purba berukuran besar ditemukan di situs Sangiran b. Topografi wilayah Sangiran berbentuk kubah Raksasa berupa cekungan besar c. Manusia purba di Sangiran memiliki ciri-ciri yang mendekati manusia modern d. Spesies manusia purba yang ditemukan di Sangiran merupakan jenis Pithecanthropus e. Situs Sangiran menyimpan banyak petunjuk tentang kehidupan masa praaksara 8. Penemuan fosil Homo floresiensis menimbulkan kontroversi di kalangan para ilmuwan. Kontroversi tersebut disebabkan oleh . . . . a. Penemuan fosil yang bersamaan dengan kerangka gajah purba stegodon b. Fosil manusia purba tersebut memiliki ukuran tubuh di bawah manusia normal c. Penyakit microcephalia tidak dimiliki oleh manusia-manusia pada masa praaksara d. Adanya cerita rakyat tentang Ebu Gogo Yane memiliki ciri fisik mirip fosil tersebut e. Nenek moyang orang Flores memiliki ukuran tubuh lebih besar daripada fosil tersebut 9. Salah satu kesamaan ciri fisik antara fosil Meganthropus dan Pithecanthropus adalah bentuk geraham besar dan kuat. Ciri fisik in disebabkan oleh . . . . a. Pengolahan makanan masih sedikit b. Penyakit microcephalia c. Bentuk kepala lonjong d. Bentuk rahang besar e. Proses seleksi alam 10. Homo sapiens dianggap memiliki kecerdasan lebih tinggi daripada manusia purba jenis lain, Salah satu indikator yang mendukung pernyataan tersebut adalah . . . . a. Mampu membuat peralatan sederhana dari batu dan tulang b. Mengenal teknik berburu dan mengolah makanan c. Memiliki tulang tengkorak berukuran kecil d. Memiliki volume otak sekira cc e. Mampu berjalan dan berdiri tegak B. Kerjakan soal-soal berikut! 1. Homo erectus dianggap sebagai manusia purba yang memiliki kemampuan intelegensi cukup tinggi. Mengapa demikian? Homo erectus dianggap telah memiliki kemampuan inteligensi yang tinggi. Bukti-bukti yang mendukung pernyataan tersebut adalah Volume otak yang besar Ditemukannya peralatan batu di sekitar fosil Homo erectus 2. Trinil merupakan salah satu situs penemuan manusia purba di Indonesia. Deskripsikan situs Trinil dan manusia purba yang ditemukan di situs tersebut! Trinil adalah situs paleoantropologi di Indonesia yang sedikit lebih kecil dari situs Sangiran. Tempat ini terletak di Desa Kawu, Kecamatan Kedunggalar, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, kira-kira 13 km sebelum pusat kota Ngawi dari arah kota Solo. Trinil merupakan kawasan di lembah Bengawan Solo yang menjadi hunian kehidupan purba, tepatnya zaman Pleistosen Tengah, sekitar satu juta tahun lalu. Pada tahun 1891 Eugène Dubois, yang adalah seorang ahli anatomi menemukan bekas manusia purba pertama di luar Eropa saat itu yaitu spesimen manusia Jawa. Pada 1893 Dubois menemukan fosil manusia purba Pithecanthropus erectus serta berbagai fosil hewan dan tumbuhan purba. Saat ini di Trinil berdiri sebuah museum yang menempati area seluas tiga hektare, dengan koleksi di antaranya fosil tengkorak Pithecantrophus erectus, fosil tulang rahang bawah macan purba Felis tigris, fosil gading dan gigi geraham atas gajah purba Stegodon trigonocephalus, dan fosil tanduk banteng purba Bibos palaeosondaicus. Situs ini dibangun atas prakarsa dari Prof. Teuku Jacob, ahli antropologi ragawi dari Universitas Gadjah Mada 3. Manusia purba Homo sapiens berarti manusia purba cerdas. Bagaimana kehidupan manusia purba jenis Homo sapiens? sudah mampu menghasilkan makan sendiri dan sudah menetap serta manusia sudah mulai mempelajari cara menghasilkan benda benda dalam kehidupan sehari hari secara halus 4. Ahli paleontologi asal Belanda, Eugene Dubois, dikenal sebagai ilmuwan yang menemukan missing link asal-usul manusia. Jelaskan yang dimaksud dengan missing link! Missing link merupakan teori yang dikemukakan oleh Charles Darwin. Teori Missing Link menyebutkan bahwa manusia merupakan bagian dari mata rantai yang hilang dari teori Missing Link. Teori ini juga menyatakan bahwa manusia merupakan peralihan dari hewan kera. Dan Eugene Dubois menemukan Pithecanthropus Erectus yang di anggap merupakan peralihan dari kera. 5. Sangiran merupakan salah satu situs purbakala di Indonesia. Deskripsikan kondisi situs tersebut dan hubungannya terhadap keberadaan fosil manusia purba! Kondisi deformasi geologis di sangiran menyebabkan tersingkapnya berbagai lapisan batuan yang mengandung fosil fosil manusia purba dan binatang, termasuk artefak. Oleh karena itu, sangiran menjadi salah satu pusat kajian tentang keberadaan manusia sejak tahun yang lalu Kami mohon maaf bila ada kesalahan jawaban maupun pertanyaan.. Berilah komentar kesalahan apa yang ada dan kami akan merevisinya. terima kasih
Hakjawab digunakan ketika pemberitaan di media, baik media cetak, media siber, maupun media elektronik, bertolak belakang dengan fakta yang terjadi dan mencemarkan nama baik seseorang atau sekelompok orang.[1] Peraturan tentang hak jawab ini dimuat Undang-undang Pers nomor 40 tahun 1999 dalam pasal 1, pasal 5, pasal 11, dan pasal 15.[2][3][4][5]
Missinglink merupakan teori yang dikemukakan oleh Charles Darwin. Teori Missing Link menyebutkan bahwa manusia merupakan bagian dari mata rantai yang hilang dari teori Missing Link. Teori ini juga menyatakan bahwa manusia merupakan peralihan dari hewan kera. Dan Eugene Dubois menemukan Pithecanthropus Erectus yang di anggap merupakan peralihan dari kera. 5.
Contohnyakota Jakarta dengan kota-kota yang terdekat seperti Bogor, Bekasi, Depok, dan Tangerang. Dibandingkan interaksi antara Jakarta dengan Cirebon, interaksi antara Jakarta dengan kota di Jabotabek tersebut pasti lebih kuat. Baca juga: Jelaskan yang dimaksud dengan Interaksi Ruang ? Sebutkan komponen-komponen penyusun peta ! Gayamagnet. Gaya magnet merupakan kekuatan yang menarik jarum, paku, atau benda logam lain yang ada disekitarnya. 2. Gaya listrik statis. 3. Gaya otot. 4. Gaya gravitasi Bumi. Gaya pegas. 6. Gaya gesekan. Jelaskan apa yang dimaksud dengan menyusun gaya? Menyusun Gaya adalah memadukan atau menjumlahkan beberapa gaya menjadi satu. link(juga hyperlink) adalah sebuah acuan dalam dokumen hiperteks (hypertext) ke dokumen yang lain atau sumber lain. Seperti halnya suatu kutipan di dalam literatur. Dikombinasikan dengan sebuah jaringan data dan sesuai dengan protokol akses, sebuah komputer dapat diminta untuk memperoleh sumber yang direferensikan.
Penemuanlukisan yang menggambarkan manusia purba sedang memasak. Penemuan sisa-sisa api unggun yang digunakan untuk melindungi dari predator. Penemuan batu-batu serpih yang digunakan untuk membuat api secara sederhana. Penemuan artefak batu dan sisa abu di sekitar tempat tinggal Sinantropus lantianesnsis. Question 4.
Apresiasiadalah pengenalan melalui perasaan atau pun kepekaan batin dan pengakuan terhadap unsur-unsur keindahan yang diungkapkan oleh pengarangnya. Albert R. Candler Apresiasi adalah kegiatan mengartikan serta menyadari sepenuhnya seluk beluk karya seni, serta menjadi sensitif mengenai gejala estetis dan artistik, sehingga dapat menikmati dan M507y.
  • qml141u056.pages.dev/135
  • qml141u056.pages.dev/97
  • qml141u056.pages.dev/387
  • qml141u056.pages.dev/511
  • qml141u056.pages.dev/561
  • qml141u056.pages.dev/594
  • qml141u056.pages.dev/417
  • qml141u056.pages.dev/753
  • qml141u056.pages.dev/360
  • qml141u056.pages.dev/996
  • qml141u056.pages.dev/254
  • qml141u056.pages.dev/983
  • qml141u056.pages.dev/653
  • qml141u056.pages.dev/651
  • qml141u056.pages.dev/711
  • jelaskan yang dimaksud dengan missing link