Sastra dan Kekuasaan di Era Orde Baru. Paper presented at the National Seminar on Language, Literature, and Power, Faculty of Language and Arts, State University of Yogyakarta. Suwardi, E. (2011).Mengapa sastra? Menurut Seno Gumira Ajidarma ketika jurnalisme dibungkam, sastra harus bicara. Karena bila jurnalisme berbicara dengan fakta, sastra berbicara dengan
Buku ini sangat cocok bagi kalian yang ingin mengetahui salah satu sisi kelam dalam perjalanan kemerdekaan Indonesia yang dimimpin oleh para petinggi militer. Buku ini membuat kalian melihat sejarah dari sudut pandang yang tidak hanya satu arah. "Ketika jurnalisme dibungkam, sastra harus bicara" begitulah kata Seno Gumira Ajidarma.
review 1: tentang sepotong sejarah hitam negeri ini. sebuah buku dari penulis yang menurut saya pandai 'mencampuradukkan' fakta dan fiksi. 'ketika jurnalisme dibungkam, sastra harus bicara. karena bila jurnalisme bicara dengan fakta, sastra bicara dengan kebenaran.''menutupi fakta adalah tindakan politik, menutupi kebenaran adalah perbuatan paling bodoh yang bisa dilakukan manusia di muka bumi
Saya selalu ingat apa kaseorang penulis dan sastrawan bernama “Seno Gumira Ajidarma” dalam bukunya berjudul, “Ketika jurnalisme dibungkam, sastra harus bicara.” Jurnalisme itu terikat oleh beberapa kendala—mulai dari bisnis sampai politik untuk menghadirkan dirinya, tetapi kendala sastra hanyalah kejujurannya sendiri. Buku sastra bisa Saya selalu mengagumi SGA yang menekuni kesusastraan setelah karirnya di Jakarta Jakarta berakhir. Katanya, ketika jurnalisme dibungkam, sastra harus bicara. Itu karena sastra adalah produk literasi paling jujur—berbeda dengan jurnalisme yang bisa diembargo dengan kepentingan-kepentingan politik dan ekonomi sewaktu-waktu.Ketika jurnalisme dibungkam, sastra harus bicara. Jan 1997; Ketika jurnalisme dibungkam, sastra harus bicara. Yogyakarta: Bentang Budaya. Kemanusiaan dan kesetiaan anjing. Jan 1989; I P Baryadi;Tentu saja Heru memiuhnya dari ungkapan Seno Gumira Ajidarma yang terkenal itu: ketika jurnalisme dibungkam, sastra yang bicara. 10 Heru sebagai memori kultural yang bicara ketika sejarah
“Pada debur ombak kesembilan, terdengar ledakan itu. Tiba-tiba saja aku merasa ada sesuatu yang tajam menembus punggungku. Pedih, perih. Lalu, belakang kepalaku…Aku melayang-layang ke dasar lautan.” Akhirnya, dalam empat hari, aku menyelesaikan baca novel “Laut Bercerita” karya Leila S. Chudori kemarin, tengah malam. Malam memang waktu terbaik untuk membaca, tanpa diganggu tetek